Jumat, 28 November 2014

Artikel Kelangkaan Migas

Kelangkaan Minyak Bumi dan Cara Mengatasinya

Di Indonesia, energi migas masih menjadi andalan utama perekonomian Indonesia, baik sebagai penghasil devisa maupun pemasok kebutuhan energi dalam negeri. Pembangunan prasarana dan industri yang sedang giat-giatnya dilakukan di Indonesia, membuat pertumbuhan konsumsi energi rata-rata mencapai 7% dalam 10 tahun terakhir. Peningkatan yang sangat tinggi, melebihi rata-rata kebutuhan energi global, mengharuskan Indonesia untuk segera menemukan cadangan migas baru, baik di Indonesia maupun ekspansi ke luar negeri. Cadangan terbukti minyak bumi dalam kondisi depleting, sebaliknya gas bumi cenderung meningkat. Perkembangan produksi minyak Indonesia dari tahun ke tahun mengalami penurunan, sehingga perlu upaya luar biasa untuk menemukan cadangan-cadangan baru dan peningkatan produksi. 
konsumsi minyak bumi (BBM) di dalam negeri kini sudah melebihi kapasitas produksi. Dalam beberapa tahun belakangan ini penyediaan BBM dalam negeri tidak dapat seluruhnya dipenuhi oleh kilang minyak domestik, hampir 20%-30% kebutuhan minyak bumi dalam negeri sudah harus diimpor dari luar negeri. Kebutuhan impor minyak bumi ini diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat dan pertumbuhan ekonomi di dalam negeri yang diharapkan semakin membaik ditahun-tahun mendatang.
Menurut BP MIGAS penurunan jumlah produksi minyak per hari tersebut disebabkan penurunan produksi dari lapangan  existing lebih cepat dari perkiraan. Sekitar 90 persen dari total produksi minyak Indonesia dihasilkan dari lapangan yang usianya lebih dari 30 tahun, sehingga dibutuhkan investasi yang cukup besar untuk menahan laju penurunan alaminya. Upaya menahan laju penurunan produksi pada lapangan tua tersebut, yang mencapai 12 persen per tahun, gagal dilaksanakan. Sementara upaya untuk menyangga produksi melalui produksi lapangan baru, sangat bergantung kepada kinerja kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). Bicara mengenai struktur industri, dunia perminyakan memiliki keunikan dibanding industri lainnya. Ketika industri-industri lain gencar mencanangkan perampingan, efisiensi, dan efektivitas, dalam dunia perminyakan para international oil company (IOC) yang sudah mendominasi pasar tersebut terpaksa melakukan merger karena dalam industri perminyakan modal yang terlibat luar biasa besar.
Dengan kata lain, kelangkaan minyak yang terjadi belakangan ini adalah akibat dari penurunan produksi minyak dalam negeri dan peningkatan konsumsi yang sangat signifikan di Indonesia. Hal inilah yang memaksa pemerintah untuk mengimpor minyak dari luar negeri. Hal ini tentunya akann menjadi beban Negara yang cukup besar.
Untuk mengatasi kelangkaan minyak bumi ada beberapa hal harus kita lakukan. Diantaranya:
a.       Mengonversi dari penggunaan minyak tanah ke gas
Persediaan minyak tanah yang merupakan produk turunan dari minyak bumi semakin lama semakin menipis. Untuk memperbarui minyak tanah membutuhkan waktu bejuta-juta tahun. Masyarakat Indonesia saat ini masih menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar kompor untuk memasak. Sementara itu, cadangan gas masih banyak dialam. Sehingga dimungkinkan untuk berpindah menggunakan gas.
b.      Menghemat pemakaian listrik
Saat ini masih banyak pembangkit listrik yang masih menggunakan mesin diesel sebagai energi pembangkit. Semakin banyak pemakaian listrik kita maka semakin banyak pula minyak bumi yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Dengan melakukan penghematan listrik, maka kita telah membantu mengurangi pemakaian minyak bumi.
c.       Mencari sumber energi alternatif baru
Saat ini sudah banyak energi alternatif pengganti minyak bumi. Dengan terus mencari dan mengembangkan energi alternatif maka pemakaian minyak bumi akan semakin berkurang. Hal ini tentu menguntungkan karena energi alternatif dapat diperbaharui dan minyak bumi tidak dapat diperbaharui.
d.      Menggunakan BBM secara bijak
Setiap tahun pengguna kendaraan pribadi semakin meningkat. Hal ini mengakibatkan penggunaan BBM meningkat. Inilah yang mengakibatkan terjadinya kelangkaan BBM. Sistem 3 in 1 yang berlaku di kota besar merupakan salah satu cara efektif untuk mengatasi kelangkaan sekaligus kemacetan.
e.       Mengubah pola pikir masyarakat
Tak bisa dipungkiri kebanyakan masyarakat Indonesia masih banyak yang menonjolkan gengsi dan masyarakat konsumsi. Sehingga dalam suatu keluarga ada yang punya kendaraan pribadi untuk masing-masing anggota keluarga. Hal ini akan membuat pemakaian kendaraan akan semakin meningkat yang mengakibatkan kebutuhan terhadap minyak bumi seperti solar meningkat, sedangkan produksi minyak bumi tidak meningkat. Hal inilah akan mengakibatkan kelangkaan.

Artikel Geologi Gunung


Deformasi dan Pembentukan Pegunungan


Sebelum muncul Konsep/Teori Tektonik Lempeng dikenal Konsep Geosinklin, yang menyatakan bahwa;Pembentukan Pegunungan, Pedataran, Cekungan; diawali dengan pengendapan batuan sedimen pada suatu palung atau geosinklin. Pembebanan sedimen yang terus menerus membebani batuan yang dibawahnya mengakibatkan gaya pembebanan pada batuan sedimen yang telah ada dan terendapkan sebelumnya, sehingga batuan termampatkan dan terlipat-lipat. Batuan yang terletak paling bawah melebur menjadi magma.

Teori atau Konsep mengenai Dinamika pada kerak bumi sebagaimana telah dijelaskan terdahulu adalah Teori Tektonik Lempeng yang menyatahkan bahwa akibat dari pada zona tumbukan oleh sebab saling mendekatinya segmen-segmen lempeng, mengakibatkan terbentuknya zona subduksi atau jalur penunjaman, disertai terbentuk lipatan-lipatan, patahan-patahan, naiknya magma baik melalui proses erupsi gunungapi maupun dengan melalui celah retakan batuan membentuk batuan intrusive. Demikian pula pada zona pemekaran akibat pemisahan segmen-segmen lempeng kerak bumi yang berdekatan akan mengakibatkan terbentuknya punggung-punggung tengah samudra dan aktivitas gunungapi bawahlaut. Pada Tepi lempeng benua aktif yang saling bertumbukan atau konvergen yang membentuk penunjaman, menghasikan peleburan parsial daripada batuan menjadi magma, kedua lempeng kerak, selanjutnya menyebabkan terbentuknya jalur busur volkanis aktif. Magma yang terbentuk didalam perut bumi perlahan-lahan akan bergerak ke atas dan membentuk tubuh batuan intrusif (antara lain batholite) dekat permukaan.


Akibat lain daripada gerak / dinamika tektonik diatas, pada bagian lain terutama daerah yang berdekatan zona tepi interaksi antar masing-masing lempeng kerak berada dibawah gaya dan tekanan yang selanjutnya akan mengakibatkan perubahan sifat fisik batuan penyusun lempeng kerak bumi yang kemudian disebut sebagai deformasi batuan. Apabila tekanan melampaui batas dari daya tahan batuan makan batuan akan membentuk Patahan dan apabila batuan pada kondisi fisik tertentu mampu untuk mempertahankan daya elastisitasnya namun berubah karena tekanan maka batuan akan mengalami Perlipatan, sehingga gejala dinamika sebagaimana diterangkan menyebabkan, terbetuknya Gunung api, Pegunungan Blok (Pegunungan Patahan), Pegunungan Lipatan.





Gambar : Proses Pembentukan Pegunungan pada lempeng kerak bumi

Selasa, 11 November 2014

Artikel Geothermal

Akankah Karbon Dioksida Menjadi Geothermal Masa Depan?

Karbon dioksida dimanfaatkan untuk menghasilkan energi geothermal.
Emisi karbon yang dituding sebagai salah satu penyebab perubahan iklim, masih menjadi perhatian para ilmuwan di berbagai belahan dunia. Salah satu metode yang dianggap bisa mengatasi masalah tersebut adalah carbon capture storage, dimana karbon ditangkap dan kemudian disimpan jauh ke dalam tanah.

Hanya saja ada satu kekurangan dari metode tersebut yaitu hanya menangkap dan menyimpan karbondioksida ke dalam perut bumi. Setidaknya hal itu menurut beberapa ilmuwan yang telah mengembangkan metode-metode yang lebih baik. Metode-metode baru tersebut bisa menyimpan karbondioksida dan kemudian memanfaatkannya untuk menghasilkan energi kembali.

Diantaranya adalah Martin Saar dan Jimmy Randolph dari University of Minnesota. Keduanya menggunakan metode berbasis carbon capture storage konvensional untuk mengembangkan metode mereka sendiri yang dikenal dengan CO2-plume geothermal(CPG). Sesuai namanya, metode tersebut juga sekaligus menghasilkan energi geothermal dari hasil pemanasan gas karbondioksida di dalam perut bumi. Riset mereka mendapatkan dana sebesar $600,000 dari University of Minnesota Institute on the Environment’s Initiative for Renewable Energy and the Environment (IREE).

Tidak lama berselang, tim ilmuwan di Lawrence Berkeley National Laboratory juga melakukan hal yang pada prinsipnya sama. Tim tersebut mendapatkan dana sebesar $5 million dari Departemen of Energy untuk mengembangkan metode yang memanfaatkan karbondioksida sebagai fluida kerja dalam sistem geothermal yang pada umumnya menggunakan air.

Keduanya memiliki kesamaan, menggantikan air dengan karbon dioksida sebagai fluida kerja dalam sistem pembangkit listrik geothermal. Jika gas karbon dioksida tersebut menyentuh batuan panas di dalam perut bumi, maka gas tersebut akan mengembang dan menghasilkan tekanan besar untuk menggerakkan generator.

Metode-metode ini tentunya memiliki potensi besar untuk dikembangkan lebih jauh, jika tidak maka tidak ada penyandang dana yang mau membiayai riset mereka. Selain sebagai penangkap karbon, metode ini juga digunakan sebagai pembangkit listrik geothermal. Karena tidak membutuhkan air layaknya pembangkit geothermal konvensional, maka pembangkit sejenis itu bisa dibangun di lokasi yang tandus dan kering. Dan tentunya tidak akan terjadi scaling seperti pembangkit geothermal konvensional.

Metode-metode tersebut memang menjanjikan, tetapi sepertinya masih membutuhkan jalan yang relatif panjang untuk mencapai kesempurnaannya, walau teknologi pembangkit listrik geothermal saat ini sudah berada di tahap kematangannya. Material turbin yang tepat serta teknologi cooling tower adalah beberapa tantangan yang harus dipecahkan.
HIMA TG Bhuwana

geofisikaunila.blogspot.com pindah ke himatg.eng.unila.ac.id