Rabu, 11 Februari 2015

Artikel Lingkungan


Produksi Air Minum Kemasan Botol Menyerap Energi Yang Besar

17 juta barel minyak bumi digunakan hanya untuk memproduksi botol-botol dan transportasinya saja.
Air bersih merupakan kebutuhan dasar yang tidak mungkin digantikan. Sementara kini, dengan kondisi iklim akibat pemanasan global, penggundulan hutan, dan semakin banyaknya polusi air yang terjadi akibat aktivitas manusia, air bersih semakin sulit didapatkan. Air minuman kemasan kini menjadi alternatif untuk mendapatkan air bersih. Sumber mata air dan proses yang higienis merupakan beberapa di antara banyak faktor yang menjadikan minuman kemasan menjadi alternatif terbaik.

Konsumsi air kemasan, terutama dalam botol, meningkat sebesar 70% sejak tahun 2001 hingga tahun 2007. Peningkatan sebesar 200 milyar liter tersebut juga mempunyai dampak bagi lingkungan, ekonomi dan sosial. Ada satu hal yang menarik bahwa banyaknya persentase peningkatan konsumsi air kemasan botol ternyata mengakibatkan ketidakefisiensian dari sisi energi. Di tahun yang sama, konsumen di Amerika Serikat, 33 milyar liter air kemasan botol, atau 110 liter (30 galon) per orang, yang berarti menyerap energi sebanyak 32-54 juta barel minyak. Sepertiga konsumsi energi Amerika Serikat digunakan untuk memproduksi air kemasan botol.

Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti di Pacific Institute, Oakland, California, menunjukkan bahwa untuk memproduksi air kemasan botol membutuhkan 5,6 hingga 10,2 juta joule energi per liternya, tergantung faktor-faktor transportasinya. Angka tersebut 2.000 kali lebih banyak dibandingkan energi yang dibutuhkan untuk memproduksi air keran atau air ledeng, yang hanya sekitar 0,005 juta joule per liter untuk pengolahan dan distribusinya.

Peter Gleick dan Heather Cooley, para peneliti tersebut, mendapati bahwa energi terbesar yang digunakan ada pada saat produksi kemasan botol plastik dan pengirimannya. Satu kemasan botol kecil terbuat dari polyethylene terephthalate (PET), dan ditandai dengan kode daur ulang "1"  di Amerika Serikat. Sementara untuk kemasan yang lebih besar, terbuat dari polycarbonate, yang membutuhkan 40% lebih banyak energi untuk memproduksinya dibandingkan PET. Meski beberapa perusahaan bereksperimen dengan memproduksi botol-botol yang lebih ringan, para peneliti memperkirakan besar energi untuk produksi PET sendiri bisa mencapai 4 juta joule energi per 1 liter dengan berat botol PET 38 gram dan tutup botol seberat 2 gram. Meski menggunakan bahan yang bisa didaur ulang bisa menghemat energi, tetapi sebagian besar botol dibuat dari PET murni.

Studi tersebut sebelumnya hanya menunjukkan bahwa produksi air kemasan botol membutuhkan energi yang besar, tetapi hasilnya cukup mengejutkan karena sebagian besar energinya atau setara dengan 17 juta barel minyak bumi dibutuhkan hanya untuk memproduksi botol-botol minuman kemasan dan transportasinya yang antara lain mulai dari pengambilan air dari sumber mata air, baik dari air tanah ataupun air keran yang sudah diolah, dan sebagian kecilnya dibutuhkan untuk pengolahan, bottling, sealing, labeling, dan pendinginan.

Para peneliti tersebut berharap, dengan data-data yang ada dan studi yang akan dilakukan di waktu mendatang bisa memberikan perkiraan yang lebih spesifik dengan skenario yang berbeda-beda serta bisa menemukan cara untuk mengurangi konsumsi energi pada proses produksi air kemasan botol.
HIMA TG Bhuwana

geofisikaunila.blogspot.com pindah ke himatg.eng.unila.ac.id